Selasa, 17 Juli 2012

Perubahan


Kamu tau kenapa saya membenci kamu? Tidak, bukan membenci, tapi saya merasa kamu sudah terlalu lama berada di hidup saya. Saya bosan. Hingga kembali saya menganggap kamu orang asing yang tidak saya kenal. Es krim coklat di kedai ini. Kamu yang memperkenalkannya. Tetapi kamu juga yang membuat saya tidak lagi menyukainya. Entahlah, saya merasa rasa es krim ini terlalu berlebihan, seperti perasaanmu terhadap saya. Saya menginginkan hal yang sederhana, yang tidak banyak mengumbar kata-kata manis yang akhirnya membuat saya muak. Kamu tau? Ketidakwarasan yang saya rasakan membuat perasaan saya menjadi lebih netral. Saya tidak merasakan apa-apa. Hampa. Tapi bermakna. Mulai saat ini, saya akan berhenti membuat kamu menjadi bayangan saya. Saya akan berhenti bersembunyi di balik dinding itu. Silahkan kamu pergi. Saya sudah terlalu sibuk untuk memikirkan kamu.


4 tahun kemudian...

Kembali lagi ke sini. Tempat ini masih sama. Tetapi jauh lebih modern. Perubahan itu bisa terlihat dari  pintu depannya sekarang terbuat dari kaca, jadi setiap orang yang melintas di depannya bisa melihat kesibukan yang terjadi di dalam. Di balik pintu itu, terdapat sebuah ruangan yang cukup besar untuk menampung pengunjung yang setiap hari datang. Dalam ruangan itu, kursi-kursi dan meja disusun semenarik mungkin sehingga pengunjung betah berlama-lama di dalamnnya. Ada yg berupa kursi kayu atau sofa dan di pasangnya dengan meja yang sepadan. Pelayanannya masih sama seperti dulu. Pegawainya ramah dan menjadikan pengunjungnya seperti raja. Aku tetap jatuh cinta pada tempat ini. Tak heran jika bisa berjam-jam aku menghabiskan waktu di sini.

Tepat hari ini saat sedang duduk di tempat yang menjadi favoritku dari dulu dan bersantai menikmati es krim vanila yang kini menjadi kesukaanku, aku melihatnya datang. Dia seperti magnet. Menyedot segala kesadaranku. Aku dibuatnya seperti melayang. Kau tau rasanya jatuh cinta pada pandangan pertama? Tapi rasa ini lebih dari itu. Aku seperti melihat bahwa dia jodohku. Kami memang ditakdirkan bertemu di tempat ini. Dan tiba-tiba, dia melihat ke arahku. Walaupun sebenarnya dia seperti tidak menyadari keberadaanku. Kesadaranku langsung kembali dan pipiku rasanya panas. Jantung ini berdegup cepat tidak seperti biasanya. Aku tau, inilah saat-saat yang kunanti. Saat hatiku bisa merasakan getaran itu lagi setelah sempat lama redup.
Dia duduk di sudut mengarah ke jalan raya. Hanya berselang beberapa meja dariku. Dari tempatnya itu aku bisa menilai manusia seperti apa yang dapat membuatku langsung jatuh hati. Aku dapat melihat seraut wajah tegas tetapi tetap bersahabat. Hidupnya pasti dipenuhi dengan humor, karena yang kulihat kaus dibalik kemeja flanelnya bergambar tokoh kartun anak yang sedang populer pada saat ini. Entah apa hubungannya, aku pun tidak mengerti. Yang jelas aku menyukainya. Cara dia duduk dengan santainya dan cara dia menikmati es krim di hadapannya. Di luar dugaanku, dia menoleh dan kami bertatapan. Dia memberikan senyum yang belum pernah kulihat dari manusia manapun. Senyum yang dapat membuatmu yakin bahwa selama ada dia hidup akan baik-baik saja. Senyum itu menular kepadaku. Aku yakin, dia pasti melihat pipiku yang memerah. Aku malu.

(bersambung...)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar